[QUOTE] Kutipan Pilihan dari Novel "Jakarta Sebelum Pagi"

| Thursday, November 9, 2017
Jakarta Sebelum Pagi karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie


“Waktu masih kecil, semua orang perhatian. Tapi, begitu dewasa, sedikit demi sedikit, kamu hilang dari pandangan. Makanya, orang dewasa pakai makeup, berdandan rapi, pakai baju bagus… Karena kalau nggak, nggak akan ada yang melihat mereka.” -Emina (Hal. 40-41) 

“Penampilan, bagi orang dewasa, itu seperti baju untuk manusia transparan–membuat orang sadar kalau mereka ada. Karena biasanya,  di dunia orang dewasa, orang-orang nggak punya cukup perhatian untuk menunggu kamu bicara dan bilang kalau kamu ada.” -Emina (Hal. 41) 

“Bukannya menemukan orang yang bersedia menghabiskan waktu untuk mendengarkan kamu itu lebih penting daripada memaksakan diri untuk dilihat orang yang bahkan nggak peduli?” -Suki (Hal. 43) 

“Kalau kita berhenti bersikap paranoid, sekali aja, dan memberi kesempatan agar hal aneh terjadi dalam hidup kita, we don’t need Andersen; we’ll get our own fairy tale.” -Emina (Hal. 47) 

“Tapi, kalau aku mau berhenti sebentar untuk memikirkan apa yang kuinginkan, orang-orang akan berlari melewatiku dan bersikap meremehkan. Nggak menyadari bahwa mereka hanya anggota dari kelompok orang-orang yang nggak berpikir.” -Emina (Hal. 117) 

“Tapi, yang lebih menakutkan dari pada apa pun yang kita takutkan adalah kalau kita terus-terusan merasa takut.” -Abel (Hal. 136) 

My relationships were always complicated.” -Emina.
All relationships are complicated.” –Nissa
(Hal. 174) 

“Buat gue, percintaan itu mirip fisika, atau matematika. Kalau dibimbing dengan guru yang tepat, gue paham dan bisa menyelesaikan semua soal. Gue selalu remedial bukan karena nggak ngerti, it’s just not something I’m good at alone.” -Emina. 

Good thing about relationship is, you’re never doing it alone.” -Nissa
(Hal 175.)

“Cara bertemu yang luar biasa menunjukkan kesempatan untuk mengalami sesuatu yang luar biasa.” -Pak Meneer, yang ternyata namanya bukan Meneer (Hal. 178) 

“Saya nggak tahu. Kamu juga nggak tahu. Tapi, kita nggak akan pernah tahu akhirnya kalau kita bahkan nggak memulai, kan?” -Abel (Hal. 266)

“Kita akan selalu berpikir kalau ada sesuatu yang salah dengan kita; dan mungkin saja memang ada. Tapi, terus kenapa?” -Abel (Hal. 266) 

“Kenapa harus repot-repot mencemaskan apa yang akan terjadi di masa depan, kalau yang paling penting adalah sekarang–saat ini?” -Abel (Hal. 266)




0 comments:

Post a Comment

Next
▲Top▲