Jakarta Sebelum Pagi karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie |
“Waktu
masih kecil, semua orang perhatian. Tapi, begitu dewasa, sedikit demi sedikit,
kamu hilang dari pandangan. Makanya, orang dewasa pakai makeup, berdandan rapi,
pakai baju bagus… Karena kalau nggak, nggak akan ada yang melihat mereka.”
-Emina (Hal. 40-41)
“Penampilan,
bagi orang dewasa, itu seperti baju untuk manusia transparan–membuat orang
sadar kalau mereka ada. Karena biasanya, di dunia orang dewasa,
orang-orang nggak punya cukup perhatian untuk menunggu kamu bicara dan bilang
kalau kamu ada.” -Emina (Hal. 41)
“Bukannya
menemukan orang yang bersedia menghabiskan waktu untuk mendengarkan kamu itu
lebih penting daripada memaksakan diri untuk dilihat orang yang bahkan nggak
peduli?” -Suki (Hal. 43)
“Kalau
kita berhenti bersikap paranoid, sekali aja, dan memberi kesempatan agar hal
aneh terjadi dalam hidup kita, we don’t need Andersen; we’ll get our own
fairy tale.” -Emina (Hal. 47)
“Tapi,
kalau aku mau berhenti sebentar untuk memikirkan apa yang kuinginkan,
orang-orang akan berlari melewatiku dan bersikap meremehkan. Nggak menyadari
bahwa mereka hanya anggota dari kelompok orang-orang yang nggak berpikir.”
-Emina (Hal. 117)
“Tapi,
yang lebih menakutkan dari pada apa pun yang kita takutkan adalah kalau kita
terus-terusan merasa takut.” -Abel (Hal. 136)
“My relationships were always
complicated.” -Emina.
“All relationships are complicated.” –Nissa
“All relationships are complicated.” –Nissa
(Hal.
174)
“Buat
gue, percintaan itu mirip fisika, atau matematika. Kalau dibimbing dengan guru
yang tepat, gue paham dan bisa menyelesaikan semua soal. Gue selalu remedial
bukan karena nggak ngerti, it’s just not something I’m good at alone.” -Emina.
“Good thing about relationship is, you’re never doing it alone.” -Nissa
(Hal
175.)
“Cara
bertemu yang luar biasa menunjukkan kesempatan untuk mengalami sesuatu yang
luar biasa.” -Pak Meneer, yang ternyata namanya bukan Meneer (Hal. 178)
“Saya
nggak tahu. Kamu juga nggak tahu. Tapi, kita nggak akan pernah tahu akhirnya
kalau kita bahkan nggak memulai, kan?” -Abel (Hal. 266)
“Kita
akan selalu berpikir kalau ada sesuatu yang salah dengan kita; dan mungkin saja
memang ada. Tapi, terus kenapa?” -Abel (Hal. 266)
“Kenapa
harus repot-repot mencemaskan apa yang akan terjadi di masa depan, kalau yang
paling penting adalah sekarang–saat ini?” -Abel (Hal. 266)
0 comments:
Post a Comment