Foto: Sherina Salsabila, penulis muda dengan beberapa karyanya |
Nama Sherina Salsabila mungkin masih belum begitu dikenal oleh kalangan pecinta buku secara umum. Tapi, bagi remaja-remaja yang membaca buku-buku yang diterbitkan pada lini anak dan remaja salah satu penerbit besar, namanya sudah tak asing lagi. Sherina, begitu gadis kelahiran Padang, 29 Oktober 2000 ini disapa, merupakan seorang penulis muda dengan segudang prestasi.
Semua bermula ketika masih kecil ia sempat tinggal terpisah dari ibunya. Diceritakan olehnya, sejak lahir ia tinggal di Padang. Ketika kelas 2 atau 3 SD, ibunya memiliki usaha di kota yang berbeda membuat ia harus tinggal terpisah dengan ibu dan adik-adiknya. Ketika itu, Sherina hanya tinggal di Padang dengan ayahnya. Bermula dari kerinduan terhadap sang ibu, Sherina kecil mulai menulis buku harian. Selain berisi curahan hatinya, buku harian itu juga ia tulisi puisi-puisi.
Ketika kelas 4 SD, Sherina sekeluarga pindah ke Jakarta. Saat itulah ia mengikuti lomba cerpen pertamanya yang diadakan oleh Tupperware. Cerpennya yang bertajuk Aku dan Siti Sahabat Abjad berhasil menjadi juara ketiga. Kemudian, karyanya dan pemenang lainnya dibukukan dengan judul Aku, Daun, dan Sahabatku. Sejak cerpennya dibukukan, anak pertama dari tiga bersaudara ini jadi berkeinginan untuk memiliki buku sendiri. Saking besarnya keinginan tersebut, rupanya Sherina pernah menutup nama penulis novel-novel koleksi ibunya dengan label kemudian menggantinya dengan namanya sendiri.
Gayung bersambut, sebuah tawaran datang saat kelas 1 SMP dari Penerbit Zettu dengan lini anak PACI (Penulis Anak Cerdas Indonesia). Buku pertamanya yang berisi kumcer pun terbit pada 2012 dengan judul Petualangan Hati Jelajahi Pelangi. Apa yang saat itu ditulis olehnya pun mendapat pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya. Ketika ia dan keluarganya pindah ke Jakarta, mereka tinggal di kontrakan padat penduduk dengan beragam latar belakang. Alhasil, tulisannya pun tidak jauh dari tema seputar perbedaan dan persahabatan. Ia juga mengatakan bahwa inspirasi tulisannya berasal dari kehidupan sehari-hari dan pengalaman. Selain mendapat tawaran dari Penerbit Zettu, Sherina juga mendapat tawaran dari Penerbit Noura Books untuk seri Spooky Stories. Ia menulis di seri tersebut selama kurun waktu tahun 2014-2015.
Rupanya, Sherina bukanlah remaja yang cepat puas. Pada usia sekitar 14 atau 15 tahun, ia sangat ingin menulis aliran teenlit. Namun editornya saat itu melarang karena pembacanya merupakan anak-anak seusianya. Ia disarankan menulis teenlit pada usia 17 tahun ketika para pembacanya juga berada di kisaran usia yang sama agar membaca cerita yang sesuai umur dan mereka dapat tumbuh kembang bersama. Terkait keinginannya tersebut, pada tahun ini ternyata gadis yang pada Oktober nanti genap berusia 17 tahun itu sudah mendapat tawaran menulis aliran teenlit dari Falcon Publishing.
Ditanya mengenai apa yang ia dapatkan dari menulis, remaja yang ditemui pada Minggu (16/4) ini mengaku selain materi berupa royalti, ia juga mendapat banyak relasi. Dari royalti ia dapat membantu kedua orangtuanya, membeli keperluan sendiri, serta membelikan adik-adiknya buku. Pada tahun 2015 pun ia menjadi finalis yang mendapatkan Penghargaan Kebudayaan Kemdikbud katergori anak dan remaja. Penghargaan Kebudayaan itu sendiri merupakan penghargaan yang diberikan oleh Kemdikbud setiap tahun untuk orang-orang yang berdedikasi untuk kebudayaan.
Seperti remaja pada umumnya, tentunya Sherina memiliki idola. Dalam dunia tulis menulis, ia menjadikan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, John Green, dan Lauren Oliver sebagai referensi. Novel yang masih dalam proses di Falcon Publishing pun diakunya berkiblat kepada John Green. Ia juga berharap ke depannya dapat menulis aliran surealis seperti Ziggy dan aliran romance seperti Jakarta Sebelum Pagi yang juga milik Ziggy. Meski begitu, Sherina tidak berniat mengambil jurusan sastra ketika kuliah nanti. Alasannya karena khawatir akan terpaku pada teori saat menulis.
Selain menulis buku, Sherina juga pernah menjadi kontributor Majalah Soca pada tahun 2014, mengikuti kompetisi ARKI (Akademi Remaja Kreatif Indonesia) 2015 yang diadakan oleh Penerbit Mizan bekerja sama dengan Kemdikbud, mengikuti lomba wirausaha FIKSI (Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia) yang diadakan oleh Kemdikbud lalu menjadi juara pertama pada kategori rintisan serta mengikuti acara Belajar Bersama Maestro pada tahun 2016, dan mengikuti Forum Pelajar ISUnite (Indonesia Student Unite) pada 2017. Dari ISUnite, Sherina dan teman-temannya membuat organisasi Youth Generation of Tobacco Control yang bergerak dalam permasalahan tembakau.
Kemampuan menulis Sherina tak luput dari peran orang tuanya. Ia mengakui bahwa sejak masih kecil, sang ibu sering mendongeng untuknya. Dan meski usianya masih 3 tahun, gadis yang saat ini duduk di bangku kelas 2 SMA 67 Jakarta Timur tersebut sudah dibelikan buku-buku dan majalah. Meski saat itu ia belum bisa membaca dan hanya melihat-lihat gambar, ibunya yang membacakan untuknya. Baginya, peran orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar. Hingga saat ini, terhitung Sherina telah menerbitkan 30 buku sejak tahun 2011. Tahun 2013 pun menjadi tahun produktif baginya karena menerbitkan 12 buku. Terlepas dari fakta tersebut, naskahnya tidak selalu diterima penerbit. Ia pernah mendapat penolakan karena nama karakternya sulit disebutkan.
Ketika ditemui untuk wawancara, Sherina membawa beberapa karyanya. Buku yang paling terdahulu terbit saat itu berjudul Aku, Daun, dan Sahabatku, sedangkan yang terbaru berjudul The Next Creator, yang merupakan antologi para pemenang ARKI 2015. Buku yang paling berkesan baginya berjudul Mami Kepo dan Berlibur di Rumah Nenek (Penerbit Zettu, 2013). Saat ini, ia tengah mengerjakan proyek buku selanjutnya. Yang akan segera terbit adalah Fantasteen: Mak Tuo (DAR! Mizan) dan sebuah novel yang berencana akan diterbitkan oleh Falcon Publishing dengan judul yang masih dirahasiakan.
0 comments:
Post a Comment